Arti Radikal Ditinjau Dari Banyak Sudut Pandang

INICARAMUSLIM - Kata "Radikal" adalah kata yang agak naik daun baru-baru ini. Entah mengapa, kata ini selalu saja digaungkan hingga ke telinga masyarakat. Dan yang paling tersudut, dengan sebutan radikal-radikal adalah umat Islam. Bagaimana tidak, istilah-istilah yang mengaitkan Islam dan radikal seringkali dimunculkan di media massa, misalnya Islam Radikal, Ustad Radikal, Masjid Terpapar Radikal, dsb.

Apa sih sebenarnya arti radikal ini?

Jika radikal yang dimaksud adalah meyakini sesuatu terlalu mendalam, maka tidak ada yang salah sekiranya orang Islam meyakini agama mereka dengan sedalam-dalamnya. Bahkan lebih radikal dari itu, yakni dengan mengamalkan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT, hingga tidak melewatkan sunnah-sunnah agama pun justru sangat baik. Malah semakin radikal seseorang berdasarkan definisi ini, maka semakin baik ia beragama. Dan pada akhirnya dia akan lebih toleran kepada orang-orang selain agamanya. Ia tidak akan mudah mengkafirkan orang, dan lebih respect kepada siapapun tanpa pandang bulu.

Berbeda lagi, dengan arti radikal lain yakni merasa dirinya yang paling benar dalam beragama dan sangat mudah mengkafirkan orang selainnya. Definisi ini tentu sangat berbahaya, apalagi jika diikuti dengan motivasi pengrusakan atau hal-hal yang membahayakan nyawa orang lain.



Adakah radikal yang lebih berbahaya?

Pembahasan tentang Islam radikal telah dikupas di atas, nah sekarang muncul pertanyaan, adakah radikal lain yang lebih berbahaya? Pastinya ada, ini masih tentang pemikiran atau paham ya. Coba tengok oknum liberal deh. Tanpa mereka radikal, dengan pemahamannya yang liberal apalagi ditambahi embel-embel Islam liberal, mereka telah sangat radikal.

Mereka selalu memaksakan bahwa semua agama sama di mata Tuhan, sementara setiap keyakinan punya pandangan dan pemahaman berbeda-beda. Parahnya lagi, jika ia tumbuh makin liberal, ia akan selalu hadir mengerecoki ketentraman beragama. Hal-hal yang sudah jelas difatwakan ulama, mereka bahasakan dengan opini sendiri dengan referensi akal, bukan referensi iman dan keyakinan. Akibatnya, mereka bagai musuh dalam selimut. Mereka sangat berbahaya bagi suatu bangsa, terutama bagi Umat Islam. Negara mesti hadir mengeliminasi paham radikal ini dari Indonesia yang jelas-jelas ber-Pancasila. Bukan malah memberi tempat dan panggung buat mereka membuat kegaduhan.

Lanjut ke aksi lain yang lebih radikal, sebut saja kelompok bersenjata yang ingin melepaskan diri dari NKRI, sebut saja OPM. Kehadiran mereka di negara berdaulat seperti Indonesia tentulah sangat radikal. Mereka merasa benar dan ingin melepaskan diri. Seharusnya negara membuktikan diri serius mengatasi ini, tidak membiarkannya berlarut-larut, baru setelah itu membahas radikal-radikal yang lain. Jika aksi radikal berbahaya ini tak mampu diatasi, lantas mencoba-coba mengorek-ngorek opini radikal di atas agama tertentu, sebut saja Islam, maka yang tampak di mata masyarakat adalah ketidakbecusan pemerintah mendahulukan yang prioritas dalam menyelesaikan masalah bangsa.

Dalam lingkup bernegara, suatu pemerintahan bisa saja disebut radikal ketika mereka selalu merasa benar dalam membuat kebijakan, tidak mau dikritisi, sementara rakyat merasa terzalimi. Contohnya apa, selalu utang-utang, gali lubang tutup lubang, lalu menaikkan pajak tanpa mengimbangi dengan menyediakan lapangan kerja yang disertai penghasilan layak, atau memaksakan kehendak rakyat mengikuti program ber-iuran bulanan (contoh BPJS) lalu menaikkan tagihan sesukanya dengan tanpa adanya harapan uang kembali dan tanpa minta persetujuan rakyat terlebih dahulu, atau menggunakan dana haji masyarakat untuk tujuan lain, misalnya pembangunan infrastruktur, tanpa adanya akad persetujuan terlebih dahulu.

Intinya, semuanya komponen berpotensi radikal ketika memaksakan kehendak, merasa diri paling benar, apalagi jika diikuti dengan aksi ketidakadilan, atau kekerasan fisik maupun mental tanpa ada sedikitpun rasa bersalah. Itulah arti radikal sebenarnya.

Hal lain yang patut direnungi

Entah siapa yang selalu ingin membuat gaduh di negeri ini. Selalu saja, umat Islam ingin diganggu. Padahal, dalam ajaran Islam tak ada sedikitpun ajaran yang radikal. Yang parah adalah munculnya daftar ustad radikal versi media tertentu. Setelah ditelusuri, web penyebar hoax beserta konco-konco buzzernya itu hanya berani di belakang layar dan tak pernah mendahulukan dialog intelektual sebelum mencap seseorang radikal atau tidak.

Sehingga, jika dipahami sebenarnya, yang radikal itu adalah mereka sendiri karena melakukan tuduhan tanpa bukti. Merusak tatanan dan membuat kegaduhan di masyarakat Islam. Maunya apa coba? Tujuannya apa? Seharusnya negara menutup ruang oknum-oknum berbahaya seperti ini. Negara sudah aman, mereka bikin gaduh. Biarkanlah kami orang Islam beragama dengan damai, memilih ustad yang kami ingin dengar tauziahnya, beribadah sesuai mazhab yang kami yakini, tanpa harus dikorek-korek mengapa begini mengapa begitu, lalu tanpa ilmu dan adab berceloteh radikal di media massa.

0 Response to "Arti Radikal Ditinjau Dari Banyak Sudut Pandang"

Post a Comment