INICARAMUSLIM - Allah SWT memerintahkan manusia agar beriman kepada hari akhir, termasuk segala sesuatu uang berkenaan dengan hari itu. Perintah itu tentu ada hikmahnya bagi manusia, karena Allah tidak pernah memerintahkan sesuatu hal dengan sia-sia, tanpa membawa manfaat. Hikmah beriman kepada hari akhir itu tidak diketahui secara pasti oleh manusia, sebab pengetahuannya yang sesungguhnya berada di sisi Allah. Akan tetapi manusia dengan akalnya dapat memikirkan sebagian dari hikmah itu. Di antaranya adalah :
1. Mendorong orang yang beriman untuk beramal. Tujuan hidup seorang muslim adalah untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Akan tetapi tujuan yang lebih hakiki adalah kebahagiaan di akhirat, karena kebahagiaan hidup di dunia itu bersifat sementara, sedangkan kebahagiaan hidup di akhirat itu bersifat abadi.
1. Mendorong orang yang beriman untuk beramal. Tujuan hidup seorang muslim adalah untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Akan tetapi tujuan yang lebih hakiki adalah kebahagiaan di akhirat, karena kebahagiaan hidup di dunia itu bersifat sementara, sedangkan kebahagiaan hidup di akhirat itu bersifat abadi.
Orang yang beriman kepada hari akhir menyadari sepenuhnya bahwa dunia ini hanyalah perantara untuk kehidupan akhirat kelak, sehingga kesempatan hidup di dunia ini dipergunakan sebaik-baiknya untuk mengumpulkan bekal bagi kehidupan akhirat, dengan sebanyak-banyaknya beramal saleh.
Sebaliknya, orang yang tidak beriman kepada hari akhir menganggap bahwa perbuatannya di dunia ini, baik perbuatan terpuji maupun perbuatan tercela, adalah untuk kepentingan kehidupan di dunia ini saja, sehingga tidak ada dorongan baginya untuk memperbanyak beramal shaleh. Mereka tidak mempercayai bahwa kehidupan akhirat itu sebenarnya yang merupakan kehidupan hakiki. Firman Allah :
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulag yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (Al ‘Ankabut 64).
2. Harapan memperoleh keadilan yang hakiki. Dalam masyarakat sering terlihat terjadinya kejahatan atau perbuatan yang tercela, walapun, dalam masyarakat itu telah berlaku hukum dan adat-istiadat yang menganjurkan agar manusia itu bertingkah laku baik. Meskipun ada aparat penegak hukum; pencurian, perampokan, perjudian, perzinahan, penipuan, pembunuhan, dan tindak kejahatan lainnya, tetap saja terjadi. Dalam pada itu tidak jarang terlihat orang yang tindakannya tidak benar, hidupnya senang dan tidak mendapat hukuman atas kesalahannya.
Sebaliknya sering pula terjadi, seseorang menderita karena dihukum tanpa kesalahan sedikit pun. Semua ini terjadi karena hukum dan keadilan di dunia ini bukanlah keadilan yang hakiki. Keadilan yang hakiki adalah keadilan Allah di akhirat kelak. Orang yang beriman kepada hari akhir menyadari bahwa semua orang akan mempertanggungjawabkan amal perbuatan masing-masing di hadirat Allah, sehingga ia tidak cemas seandainya terjadi ketidakadilan yang menimpa dirinya di dunia ini. Mereka mengetahui dan meyakini dengan keyakinan yang teguh bahwa hakim yang seadil-adilnya tidak lain hanyalah Allah semata, sebagaimana firman-Nya:
“Bukankah Allah hakim yang paling adil ?” (At Tin 8).
3. Mencegah orang berbuat maksiat. Bila seseorang menginsafi bahwa tidak seorang jua pun yang dapat terlepas dari kewajiban mempertanggungjawabkan amal perbuatannya, maka dia pasti dengan sadar akan senantiasa berusaha menjauhkan diri dari perbuatan yang dilarang agama dan cenderung untuk lebih banyak berbuat kebajikan. Dia yakin bahwa sebesar apa pun kejahatan itu diperbuat, pasti kejahatan itu akan dibalas dengan siksa yang setimpal dengan besarnya kejahatan tersebut.
Firman Allah :
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Al Zalzalah 7-8).
4. Menanamkan harapan. Orang yang tidak beriman terhadap adanya hari akhir adalah orang-orang yang tidak berpengharapan. Mereka mengira bahwa hidup manusia itu terbatas di dunia ini saja, sehingga tidak heran kalau mereka berbuat sesuka hatinya. Mereka hanya berusaha untuk memperoleh kepuasan yang bersifat duniawi, tanpa memperhitungkan akibat yang harus mereka tanggung terhadap tindakan-tindakannya.
Oleh sebab itu mereka tidak membedakan lagi antara yang halal dan yang haram, yang diperbolehkan dan yang tidak. Sebaliknya, orang yang beriman kepada hari akhir selalu mempertimbangkan tindakannya dengan ajaran agama, sebab mereka yakin bahwa perbuatannya itu akan diperhitungkan kelak di akhirat.
Akibat selanjutnya dari sikap ini adalah bagi orang yang tidak beriman kepada hari akhir, jika mereka di timpa kemalangan atau penderitaan baik jasmaniah maupun rohaniah, mereka langsung putus asa. Sebaliknya, orang yang beriman tidak mengenal putus asa dalam hidupnya. Jika mereka mendapat nikmat, mereka bersyukur kepada Allah.
Jika mereka mendapat musibah, mereka tetap sabar dan tabah menghadapinya, karena mereka yakin bahwa musibah itu datangnya dari Allah dan penderitaan karena musibah itu hanya bersifat sementara. Dengan adanya musibah itu justru akan mempertebal harapannya untuk memperoleh kebahagiaan di akhirat kelak.
0 Response to "Hikmah Beriman kepada Hari Akhir (Kiamat)"
Post a Comment