INICARAMUSLIM - Orang-orang durhaka, baik kepada Allah atau kepada orang tuanya adalah orang-orang yang merugi di hari kemudian. Mereka memperoleh balasan dan adzab pedih. Berikut ini ada dua kisah dua orang durhaka kepada Allah di zamannya. Semoga dengan membacanya kita memperoleh hikmah dan petunjuk. Selamat membaca!
1. Kisah Kan’an
Kan’an adalah seorang putera Nabi Nuh a.s. seperti diketahui, Nabi Nuh adalah salah seorang rasul Allah yang banyak mendapat tantangan dalam melaksanakan tugasnya berdakwah menyeru manusia agar beriman kepada Allah. Di antara orang-orang yang menentang dakwah beliau itu adalah puteranya sendiri, Kan’an. Ia tidak mau mengindahkan seruan ayahnya agar beriman kepada Allah, bahkan ia bergabung dengan golongan yang tetap bertahan dengan kepercayaan syirik.Ketika Nabi Nuh mendapat wahyu untuk membuat perahu, Kan’an tidak membantunya, tetapi bahkan ikut bersama kaum yang mengejek Nabi Nuh. Pada saat banjir besar mulai datang, Nabi Nuh telah berada di atas perahu bersama sedikit orang yang beriman dan beberapa pasang binatang.
Pada saat itu, orang-orang yang menentang dakwah Nabi Nuh satu persatu tenggelam dalam air bah. Dalam keadaan demikian, tiba-tiba Nabi Nuh melihat Kan’an sedang timbul tenggelam berusaha menyelamatkan diri. Sebagai seorang ayah, Nabi Nuh spontan memanggil anaknya dan menyuruhnya bertaubat kepada Allah, agar dapat ikut bersama orang-orang yang selamat dari banjir besar.
Mengetahui ayahnya memanggil-memanggil dan menyuruhnya bertaubat, Kan’an menjawab : “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat menyelamatkan diriku dari air bah.”
Nabi Nuh berkata : “Tidak ada satu pun yang dapat melindungi hari ini dari adzab Allah, selain Allah Yang Maha Penyayang.”
Setelah Nabi Nuh berkata demikian, tiba-tiba datang gelombang besar yang menggulung tubuh Kan’an. Ia tenggelam dengan membawa dosanya.
Sebagai seorang ayah, betapa pun durhakanya anak, tentu akan sedih melihat anaknya tenggelam ditelan gelombang. Demikian juga Nabi Nuh. Beliau amat sedih memikirkan nasib Kan’an. Ia pun berseru kepada Allah : “Ya Allah, sesungguhnya anakku itu termasuk keluargaku dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah hakim yang seadil-adilnya.”
Untuk menjawab penyesalan Nabi Nuh akan nasib anaknya itu, Allah berfirman yang terjemahannya : “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu yang dijadikan akan diselamatkan, sesungguhnya perbuatannya itu adalah perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui hakekatnya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.”
Atas teguran Allah itu, Nuh berkata : “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tidak mengetahui hakekatnya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, niscaya aku termasuk orang-orang yang merugi.
Demikianlah kisah Kan’an yang telah menerima balasan dari kedurhakaannya kepada orang tuanya dan kepada Allah.
Rasulullah sendirinya akhirnya datang menjenguknya. Didapatinya Alqamah dalam keadaan yang sangat menderita karena walaupun sudah dalam keadaan sakaratul maut, tetapi ajal tidak juga datang menjemput. Nabi berdo’a kepada Allah, memohon kiranya berkenan memudahkan kematiannya jika memang belum sampai pada ajalnya. Meskipun Nabi telah mendoakannya keadaan Alqamah tidak berubah.
Rasulullah memanggil ibu Alqamah kemudian menanyakan sekiranya anaknya itu mempunyai kesalahan terhadap dirinya. Ternyata benar. Alqamah memang pernah berbuat sesuatu yang menjadi ibunya sakit hati begitu mendalam sehingga sulit baginya memaafkan kesalahan anaknya itu. Rasulullah menyuruh ibu Alqamah agar bersedia memaafkan kesalahan anaknya, agar tidak terlalu menderita menunggu ajal, tetapi sang ibu tetap bersikeras tidak mau memaafkannya.
Untuk memaksa ibu Alqamah agar mau memaafkan keslahan anaknya, Rasulullah menyuruh para sahabat mengumpulkan kayu bakar. Setelah terkumpul, Nabi membakar kayu tersebut. Ketika api mulai membesar, ibu Alqamah bertanya kepada Rasulullah, untuk apa Rasulullah membuat api unggun itu.
Rasulullah menjawab bahwa api itu akan dipergunakan membakar tubuh Alqamah agar cepat terbebas dari penderitaan sakaratul maut. Mendengar jawaban Rasulullah, ibu Alqamah menjerit dan memohon agar Rasulullah mengurungkan niatnya. Rasulullah mengurungkan niatnya dan mengeaskan bahwa beliau mau membatalkan maksudnya asal ibu Alqamah mau memaafkan kesalahan anaknya. Ibu Alqamah pun spontan menyatakan kesediannya memaafkan kesalah yang diperbuat anaknya. Alqamah akhirnya meninggal dengan tenang setelah beberapa waktu lamanya menahan derita skaratul maut karena kesalahan yang dilakukan terhadap ibunya.
Perbuatan durhaka, baik kepada Allah, kepada Rasul-Nya, maupun kepada orang tua, semuanya berarti durhaka kepada agama, sebab semuanya bertentangan dengan ajaran agama. Semua perbuatan durhaka termasuk perbuatan jahat yang akan dibalas, baik balasan di dunia maupun balasan di akhirat. Balasan di dunia berupa penderitaan aszab dunia seperti yang dialami oleh Qarun, Fir’aun, Kan’an, dan Alqamah yang telah diceritakan kisahnya, sedangkan balasan di akherat berupa siksaan yang pedih di neraka.
Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat yang berisi ancaman terhadap orang yang durhaka. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Firman Allah dalam surat an-Nisa ayat 14
“Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.”
2. Firman Allah dalam surat Al-Jin ayat 23
“Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya baginyalah neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.”
Untuk menjawab penyesalan Nabi Nuh akan nasib anaknya itu, Allah berfirman yang terjemahannya : “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu yang dijadikan akan diselamatkan, sesungguhnya perbuatannya itu adalah perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui hakekatnya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.”
Atas teguran Allah itu, Nuh berkata : “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tidak mengetahui hakekatnya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, niscaya aku termasuk orang-orang yang merugi.
Demikianlah kisah Kan’an yang telah menerima balasan dari kedurhakaannya kepada orang tuanya dan kepada Allah.
2. Kisah Alqamah
Alqamah adalah laki-laki yang hidup pada zaman Rasulullah. Ia dikenal sangat taatmenjalankan ajaran agama. Setiap waktu shalat tiba, ia segera bergegas ke mesjid untuk mengikuti shalat jama’ah bersama Rasulullah. Suatu saat ia jatuh sakit sehingga tidak dapat ikut shalat jama’ah. Ketika Rasulullah menanyakan ketidakhadiran Alqamah, beliau mendapat jawaban bahwa Alqamah sakit keras. Rasulullah pun mengutus salah seorang sahabatnya untuk menjenguknya. Sekembalinya dari rumah Alqamah, sahabt itu menceritakan kepada Rasulullah bahwa Alqamah benar-benar sakit, bahkan dalam keadaan sakaratul maut.Rasulullah sendirinya akhirnya datang menjenguknya. Didapatinya Alqamah dalam keadaan yang sangat menderita karena walaupun sudah dalam keadaan sakaratul maut, tetapi ajal tidak juga datang menjemput. Nabi berdo’a kepada Allah, memohon kiranya berkenan memudahkan kematiannya jika memang belum sampai pada ajalnya. Meskipun Nabi telah mendoakannya keadaan Alqamah tidak berubah.
Rasulullah memanggil ibu Alqamah kemudian menanyakan sekiranya anaknya itu mempunyai kesalahan terhadap dirinya. Ternyata benar. Alqamah memang pernah berbuat sesuatu yang menjadi ibunya sakit hati begitu mendalam sehingga sulit baginya memaafkan kesalahan anaknya itu. Rasulullah menyuruh ibu Alqamah agar bersedia memaafkan kesalahan anaknya, agar tidak terlalu menderita menunggu ajal, tetapi sang ibu tetap bersikeras tidak mau memaafkannya.
Untuk memaksa ibu Alqamah agar mau memaafkan keslahan anaknya, Rasulullah menyuruh para sahabat mengumpulkan kayu bakar. Setelah terkumpul, Nabi membakar kayu tersebut. Ketika api mulai membesar, ibu Alqamah bertanya kepada Rasulullah, untuk apa Rasulullah membuat api unggun itu.
Rasulullah menjawab bahwa api itu akan dipergunakan membakar tubuh Alqamah agar cepat terbebas dari penderitaan sakaratul maut. Mendengar jawaban Rasulullah, ibu Alqamah menjerit dan memohon agar Rasulullah mengurungkan niatnya. Rasulullah mengurungkan niatnya dan mengeaskan bahwa beliau mau membatalkan maksudnya asal ibu Alqamah mau memaafkan kesalahan anaknya. Ibu Alqamah pun spontan menyatakan kesediannya memaafkan kesalah yang diperbuat anaknya. Alqamah akhirnya meninggal dengan tenang setelah beberapa waktu lamanya menahan derita skaratul maut karena kesalahan yang dilakukan terhadap ibunya.
Balasan terhadap Orang yang Durhaka
Allah telah menegaskan dalam Al-Qur’an bahwa seseorang itu akan mendapat pahala dari kebaikan yang diusahakannya dan akan mendapat siksa dari kejahatan yang di kerjakakannya.Perbuatan durhaka, baik kepada Allah, kepada Rasul-Nya, maupun kepada orang tua, semuanya berarti durhaka kepada agama, sebab semuanya bertentangan dengan ajaran agama. Semua perbuatan durhaka termasuk perbuatan jahat yang akan dibalas, baik balasan di dunia maupun balasan di akhirat. Balasan di dunia berupa penderitaan aszab dunia seperti yang dialami oleh Qarun, Fir’aun, Kan’an, dan Alqamah yang telah diceritakan kisahnya, sedangkan balasan di akherat berupa siksaan yang pedih di neraka.
Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat yang berisi ancaman terhadap orang yang durhaka. Diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Firman Allah dalam surat an-Nisa ayat 14
“Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.”
2. Firman Allah dalam surat Al-Jin ayat 23
“Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya baginyalah neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.”
Semoga kisah di atas bermanfaat sehingga kita dapat menjadi muslim yang lebih taat terhadap perintah Allah dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya.
0 Response to "Kisah Orang Durhaka kepada Allah dan Balasan Untuknya"
Post a Comment