INICARAMUSLIM - Dalam kisah tentang perihidup Nabi Muhammad SAW, nama Siti Khadijah tidak pernah terlupa disebutkan, karena istri Rasulullah SAW itu memiliki keistimewaan dan ikut memegang peranan penting dalam dakwah Islam yang dilakukan Nabi, terutama pada masa awal penyiaran Islam di Mekah.
Kebesaran dan kemuliaan hati Siti Khadijah tergambar jelas dalam keseluruhan hidupnya. Dari seorang pengusaha kaya yang tidak pernah mengalami kesulitan hidup, Khadijah rela mendampingi Rasulullah, berjuang dengan penuh keprihatinan melawan kaum Musyrikin Quraisy yang tidak henti-hentinya berusaha menghalangi dakwah Nabi. Siti Khadijah tidak saja mengorbankan harta benda demi menegakkan agama Allah, tetapi juga selalu berusaha memberikan dorongan dan semangat kepada Nabi pada saat-saat beliau sangat memerlukannya.
Siti Khadijah memang wanita yang memiliki sifat-sifat teladan, pribadi luhur dan akhlak mulia. Sejak sebelum menjadi isteri Nabi, ia sudah terkenal sebagai wanita yang senantiasa menjaga kesucian martabat dirinya. Selain itu, ia juga terkenal memiliki pikiran yang tajam, lapang dada, dan cita-citanya tinggi. Ia sudah menolong orang-orang yang hidup dalam kekurangan serta penyantun terhadap kaum yang lemah. Ia tidak mau mengikuti kebiasaan buruk wanita-wanita Arab Jahiliyah. Karena sifat-sifatnya ini, oleh penduduk Mekah, Siti Khadijah diberi gelar "Aht-Thahirah" yang artinya wanita yang suci.
Sebagai seorang isteri, Siti Khadijah memberikan teladan bagaimana seharusnya sikap isteri dalam mendampingi suami. Selama 20 tahun mendampingi Nabi, berbagai peristiwa suka dan duka silih berganti mewarnai kehidupan keluarga Nabi tersebut. Di antara peristiwa itu banyak yang tercatat dalam sejarah sebagai keteladanan, keistimewaan, kemuliaan hati, dan kebesaran jiwa Siti Khadijah. Misalnya:
1. Seperti diketahui, menjelang Muhammad diangkat menjadi Rasul, beliau sering bertahannus dalam rangka mencari hakekat kebenaran yang telah jauh ditinggalkan oleh masyarakat Quraisy waktu itu. Ketika Muhammad mulai sering bertahannuts itu, Siti Khadijah tidak sedikit pun menghalanginya dan membantu dengan dorongan semangat. Siti Khadijah tidak menuntut Muhammad untuk memikirkan persoalan-persoalan rumah tangga maupun perniagaan. Ia juga menyediakan perbekalan yang diperlukan Muhammad selama bertahannuts itu.
2. Sebelum turun wahyu pertama, Muhammad sering bermimpi dengan mimpi yang benar. Dalam mimpinya itu beliau melihat hakekat kebenaran. Begitu sering peristiwa itu terjadi sehingga timbul kebimbangan di hati beliau. Ketika hal ini diberitahukan kepada Siti Khadijah, isteri yang bijaksana itu meyakinkan beliau bahwa apa yang dilihatnya dalam mimpi itu semuanya benar. Siti Khadijah mengatakan kepada suaminya bahwa orang yang mempunyai sifat-sifat seperti seperti beliau, berakhlak mulia, dan tak pernah berdusta; tidak mungkin digoda oleh jin atau syetan. Nasehat Khadijah ini sangat besar artinya bagi Muhammad, karena nasehat itu dapat menghilangkan keragu-raguan di hati beliau.
3. Ketika Nabi Muhammad menerima wahyu pertama, beliau diliputi kecemasan yang amat sangat karena peristiwa besar itu tidak sedikit pun diduga sebelumnya. Satu-satunya orang yang dapat menghilangkan kecemasan Nabi adalah Siti Khadijah. Dengan ketenangan yang luar biasa, Siti Khadijah berkata kepada Nabi: "Demi Allah, Tuhan tidak akan mengecewakanmu. Bukankah engkau selama ini selalu membela kebenaran, selalu berkata benar, senantiasa menolong orang yang lemah, dan mengeratkan tali persaudaraan?"
4. Ketika Nabi menerima wahyu kedua yang berisi seruan untuk berdakwah, orang yang pertama kali menyatakan beriman terhadap kerasulan Muhammad SAW adalah Siti Khadijah.
5. Ketika Nabi Muhammad dan banu Hasyim diboikot oleh kaum musyrikin Quraisy, Siti Khadijah tetap mendampingi beliau dengan penuh kesetiaan.
Kesetiaan, perjuangan, pengorbanan, dan keteguhan iman Siti Khadijah itu telah menempatkannya pada kedudukan yang istimewa di sisi Nabi, sehingga sampai beberapa tahun sesudah wafatnya, kenangan Nabi terhadapnya tidak pernah pudar. Setiap kali beliau menyebut nama Khadijah pasti tak lepas dari pujian dan kenangan yang manis.
Ketika Aisyah telah menjadi isteri Nabi, pernah suatu ketika beliau menyebut-nyebut kebaikan Khadijah di depan Aisyah sehingga menimbulkan rasa tidak enak pada diri Aisyah. Aisyah pun bertanya: "Ya Rasulullah, mengapa engkau begitu menyanjung wanita yang telah lama meninggal dunia? Bukankah Allah Allah telah memberikan padamu isteri-isteri yang lebih baik?" Sejenak Rasulullah terdiam, kemudian beliau menjawab: "Aisyah! Khadijah adalah isteri yang mendampingiku berjuang dengan penuh kesetiaan. Dia wanita pertama yang mengakui kerasulanku. Di saat orang-orang menentang dan mengejar-ngejarku, ia tetap setia dan selalu siap membantuku. Di saat orang menyebutku sebagai pembohong, dialah yang mengatakan bahwa aku jujur. Di saat aku dipencilkan oleh keluargaku sendiri, dia tampil membelaku. Dia telah membelanjakan hartanya untuk meringankan bebanku. Dia telah mendorong semangatku. Semua itu dilakukannya dengan hati yang ikhlas demi kepentingan perjuanganku. Dia pula yang telah melahirkan anak-anakku. Apa salahnya jika aku berterima kasih kepadanya?"
Mendengar jawaban Nabi itu, Aisyah pun menyadari bahwa Khadijah begitu membekas dalam kenangan Nabi adalah karena keluhuran budinya, ketinggian akhlaknya, dan kemuliaan jiwanya.
Begitulah Kisah keteladanan dan Keistimewaan Siti Khadijah. Semoga kita bisa memetik pelajaran dan hikmah di dalamnya.
Kebesaran dan kemuliaan hati Siti Khadijah tergambar jelas dalam keseluruhan hidupnya. Dari seorang pengusaha kaya yang tidak pernah mengalami kesulitan hidup, Khadijah rela mendampingi Rasulullah, berjuang dengan penuh keprihatinan melawan kaum Musyrikin Quraisy yang tidak henti-hentinya berusaha menghalangi dakwah Nabi. Siti Khadijah tidak saja mengorbankan harta benda demi menegakkan agama Allah, tetapi juga selalu berusaha memberikan dorongan dan semangat kepada Nabi pada saat-saat beliau sangat memerlukannya.
Siti Khadijah memang wanita yang memiliki sifat-sifat teladan, pribadi luhur dan akhlak mulia. Sejak sebelum menjadi isteri Nabi, ia sudah terkenal sebagai wanita yang senantiasa menjaga kesucian martabat dirinya. Selain itu, ia juga terkenal memiliki pikiran yang tajam, lapang dada, dan cita-citanya tinggi. Ia sudah menolong orang-orang yang hidup dalam kekurangan serta penyantun terhadap kaum yang lemah. Ia tidak mau mengikuti kebiasaan buruk wanita-wanita Arab Jahiliyah. Karena sifat-sifatnya ini, oleh penduduk Mekah, Siti Khadijah diberi gelar "Aht-Thahirah" yang artinya wanita yang suci.
Sebagai seorang isteri, Siti Khadijah memberikan teladan bagaimana seharusnya sikap isteri dalam mendampingi suami. Selama 20 tahun mendampingi Nabi, berbagai peristiwa suka dan duka silih berganti mewarnai kehidupan keluarga Nabi tersebut. Di antara peristiwa itu banyak yang tercatat dalam sejarah sebagai keteladanan, keistimewaan, kemuliaan hati, dan kebesaran jiwa Siti Khadijah. Misalnya:
1. Seperti diketahui, menjelang Muhammad diangkat menjadi Rasul, beliau sering bertahannus dalam rangka mencari hakekat kebenaran yang telah jauh ditinggalkan oleh masyarakat Quraisy waktu itu. Ketika Muhammad mulai sering bertahannuts itu, Siti Khadijah tidak sedikit pun menghalanginya dan membantu dengan dorongan semangat. Siti Khadijah tidak menuntut Muhammad untuk memikirkan persoalan-persoalan rumah tangga maupun perniagaan. Ia juga menyediakan perbekalan yang diperlukan Muhammad selama bertahannuts itu.
2. Sebelum turun wahyu pertama, Muhammad sering bermimpi dengan mimpi yang benar. Dalam mimpinya itu beliau melihat hakekat kebenaran. Begitu sering peristiwa itu terjadi sehingga timbul kebimbangan di hati beliau. Ketika hal ini diberitahukan kepada Siti Khadijah, isteri yang bijaksana itu meyakinkan beliau bahwa apa yang dilihatnya dalam mimpi itu semuanya benar. Siti Khadijah mengatakan kepada suaminya bahwa orang yang mempunyai sifat-sifat seperti seperti beliau, berakhlak mulia, dan tak pernah berdusta; tidak mungkin digoda oleh jin atau syetan. Nasehat Khadijah ini sangat besar artinya bagi Muhammad, karena nasehat itu dapat menghilangkan keragu-raguan di hati beliau.
3. Ketika Nabi Muhammad menerima wahyu pertama, beliau diliputi kecemasan yang amat sangat karena peristiwa besar itu tidak sedikit pun diduga sebelumnya. Satu-satunya orang yang dapat menghilangkan kecemasan Nabi adalah Siti Khadijah. Dengan ketenangan yang luar biasa, Siti Khadijah berkata kepada Nabi: "Demi Allah, Tuhan tidak akan mengecewakanmu. Bukankah engkau selama ini selalu membela kebenaran, selalu berkata benar, senantiasa menolong orang yang lemah, dan mengeratkan tali persaudaraan?"
4. Ketika Nabi menerima wahyu kedua yang berisi seruan untuk berdakwah, orang yang pertama kali menyatakan beriman terhadap kerasulan Muhammad SAW adalah Siti Khadijah.
5. Ketika Nabi Muhammad dan banu Hasyim diboikot oleh kaum musyrikin Quraisy, Siti Khadijah tetap mendampingi beliau dengan penuh kesetiaan.
sumber : Wikimedia Commons553 |
Kesetiaan, perjuangan, pengorbanan, dan keteguhan iman Siti Khadijah itu telah menempatkannya pada kedudukan yang istimewa di sisi Nabi, sehingga sampai beberapa tahun sesudah wafatnya, kenangan Nabi terhadapnya tidak pernah pudar. Setiap kali beliau menyebut nama Khadijah pasti tak lepas dari pujian dan kenangan yang manis.
Ketika Aisyah telah menjadi isteri Nabi, pernah suatu ketika beliau menyebut-nyebut kebaikan Khadijah di depan Aisyah sehingga menimbulkan rasa tidak enak pada diri Aisyah. Aisyah pun bertanya: "Ya Rasulullah, mengapa engkau begitu menyanjung wanita yang telah lama meninggal dunia? Bukankah Allah Allah telah memberikan padamu isteri-isteri yang lebih baik?" Sejenak Rasulullah terdiam, kemudian beliau menjawab: "Aisyah! Khadijah adalah isteri yang mendampingiku berjuang dengan penuh kesetiaan. Dia wanita pertama yang mengakui kerasulanku. Di saat orang-orang menentang dan mengejar-ngejarku, ia tetap setia dan selalu siap membantuku. Di saat orang menyebutku sebagai pembohong, dialah yang mengatakan bahwa aku jujur. Di saat aku dipencilkan oleh keluargaku sendiri, dia tampil membelaku. Dia telah membelanjakan hartanya untuk meringankan bebanku. Dia telah mendorong semangatku. Semua itu dilakukannya dengan hati yang ikhlas demi kepentingan perjuanganku. Dia pula yang telah melahirkan anak-anakku. Apa salahnya jika aku berterima kasih kepadanya?"
Mendengar jawaban Nabi itu, Aisyah pun menyadari bahwa Khadijah begitu membekas dalam kenangan Nabi adalah karena keluhuran budinya, ketinggian akhlaknya, dan kemuliaan jiwanya.
Begitulah Kisah keteladanan dan Keistimewaan Siti Khadijah. Semoga kita bisa memetik pelajaran dan hikmah di dalamnya.
0 Response to "Kisah keteladanan dan Keistimewaan Siti Khadijah"
Post a Comment